ALKUNA



Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh yang mempunyai sebuah ikatan ganda tiga karbon-karbon (-C≡C-) dan mempunyai rumus umum CnH2n-2. Menurut model ikatan valensi, sebuah ikatan ganda tiga terbentuk dari orbital-orbital hibrida sp atom-atom karbon yang berdampingan, yang bertumpang tindih. Ikatan ganda tiga tersebut merupakan kombinasi dari sebuah ikatan sigma yang dibentuk oleh orbital-orbital hibrida sp yang tumpang tindih, dan dua ikatan pi, yang terdiri dari sebuah ikatan pi dari tumpang tindihnya orbital-orbital 2py yang tumpang tindih dan sebuah ikatan pi dari orbital-orbital 2pz yang paralel dan tumpang tindih.
Menurut tatanama IUPAC pemberian nama alkuna adalah dengan mengganti akhiran –ana pada nama alkana asalnya dengan akhiran –una. Alkuna juga dapat diberi nama dengan menganggapnya sebagai derivat asetilena (HC≡CH). Dalam tatanama derivasi ini, nama gugus-gugus yang terikat pada ikatan ganda tiga disebut terlebih dahulu kemudian ditambahkan kata asetilena.
Sifat-sifat fisika alkuna menyerupai alkana dan alkena. pada temperatur kamar alkuna yang mengandung 2-4 atom C berwujud gas, sedangkan selebihnya berwujud cairan, dengan berat jenis kurang dari 1. Alkuna adalah senyawa nonpolar yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar (eter, benzena, karbon tetraklorida, dan sebagainya). Makin tinggi berat molekul alkuna, makin tinggi titik didihnya.
Reaksi-reaksi pada alkuna dapat berupa: (a) reaksi adisi (dengan hidrogen/ halogen/ hidrogen halida/ air), (b) reaksi oksidasi (dengan larutan KMnO4 yang agak netral/ ozon), dan (c) reaksi pembentukan asetilida. Masing-masing reaksi tersebut memerlukan kondisi reaksi yang spesifik.
Alkuna dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu: (a) dehidrohalogenasi senyawa dihalida visinal maupun geminal, dan (b) mereaksikan asetilida logam dengan alkil halida primer.
(Sumber: Parlan. (2003). Kimia Organik I. Hal: 72).

Gambar . pemanfaatan gas asetilena untuk pengelasan
Isomeri pada alkuna sama dengan isomer pada alkena, dimana sifat isomer terjadi karena perpindahan ikatan rangkap sehingga isomer pada alkuna dan pada alkena disebut dengan isomer posisi. Contoh isomer posisi adalah senyawa 2-butuna denga 1-butuna, perhatikan Gambar
 Perlu kita ingat, isomer pada alkena terjadi karena perbedaan pada rantainya dan sering disebut dengan isomer rantai.
 
Permasalahan :
Mengapa gas asitilena itu bisa dimanfaatkan untuk pengelasan ??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Nama : Wulandari
NIM : AIC112006
Baiklah saudara Ekin saya akan mencoba menjawab permasalahan anda.
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Gas asetilen merupakan jenis gas yang paling banyak digunakan sebagi bahan pencampuran dengan gas Oksigen. Gas Asetilen ini sebenarnya dihasilkan dari reaksi batu Kalsium Karbida (CaC2) dengan air. Jadi jika Kalsium Karbida ini disiram atau dicelupkan ke dalam air maka akan terbentuk gas Asetilen. Reaksi yang terjadi adalah :
CaC2 + 2H2O ------> Ca(OH)2 + C2H2
kalsium karbida air tohor kapur gas asetilen

Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum..

Nama : Aprizal
NIM : A1C112015

Baiklah saudara ekin, izinkan saya mencoba menjawab permasalahan anda..

Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan tekanan. Hasil pembakaran gas asetilen (C2H2) oleh oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Itulah mengapa gas asetilena bisa dimanfaatkan untuk pengelasan..

proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik,dan pada saat pembakaran gas asetilena bisa menghasilkan suhu yg tinggi yaitu berkisar 3500 derajat celsius..

lisa purnama mengatakan...

saya akan mencoba menjawabnya:


Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini,gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memilikirumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Posting Komentar